HELLEN NOVIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cinta Pertama#TantanganMenulisGurusiana# Hari ke-4

Tepat di hari ibu beberapa bulan yang lalu, sebuah tulisan untuk Ama nangkring di media sosial. Saya yakin Ama membacanya dan mungkin Apa juga tahu. Rasa tak adil, saya juga ingin menulis tentang Apa (Papa). Namun baru kali ini niat itu terlaksana.

Apa adalah anak laki-laki tertua dengan dua orang adik, satu perempuan dan satu laki-laki. Apa cukup disayang dan dibanggakan oleh nenek karena bakti dan pengorbanannya kepada keluarga. Apa membangunkan rumah dan menikahkan adik perempuannya sebelum dirinya menikah. Setelah menikahpun Apa tetap menyisihkan penghasilannya untuk Amak (nenek) dan Ibu (adik perempuan apa). Bakti itu tidak pernah berhenti sampai kedua wanita itu dipanggil oleh Allah.

Tentunya istri dan anak perempuan juga tidak luput dari perhatiannya. Apa adalah sosok ayah yang bertanggungjawab. Apa sudah berhasil mengantarkan saya menyandang gelar S1. Apa berhenti bekerja ketika saya mulai menapakkan kaki sebagai guru. Karena kondisi tersebut, saya melakoni bakti yang sama seperti yang Apa lakukan terhadap Amak dan Ibu.

Apakah pengorbanan Apa untuk saya berhenti sampai disitu? Tidak. Apa tetap membantu saya menjalani hidup meski sudah menikah. Tidak bisa membantu dengan uang, beliau bantu dengan tenaga. Ah, saya tidak kuasa melanjutkan bagian ini. Jilbab hitam yang saya kenakan sudah basah oleh jejatuhan air mata.

Apa punya jiwa sosial yang tinggi. Satu hal positif yang saya pelajari dari Apa adalah beliau selalu melebihkan jika membayar upah atau memberi kepada orang lain. Beliau juga tidak segan-segan membersihkan halaman tetangga atau pematang sawah orang lain. Bahkan Ama sering disuruh beli atau masak bekal lebih, agar nantinya ditempat kerja Apa bisa berbagi dengan teman-teman. Sebelum berangkat ke Duri, Ama selalu menyiapkan bekal berupa lauk dan Amak menyiapkan kopi bubuk dan nasi bungkus. Lauk dan kopi disiapkan lebih banyak agar nanti jika ada teman yang butuh atau minta bisa dibagi.

Rumah Amak selalu ramai oleh tetamu ketika Apa baru kembali dari Duri (tempat bekerja). Ada tamu langganan, ada juga yang sekedar menyelesaikan urusan adat, dan ada juga yang minta dipijat. Tamu langganan biasanya selalu dapat segelas kopi hitam pekat manis dan sebungkus rokok. Apa adalah ninik mamak di kampungnya, tak heran jika banyak orang datang untuk mengurus baralek (pesta pernikahan), batas tanah adat, masuk suku, dan pertikaian dalam suku. Selain itu, ada juga yang menemui Apa dalam rangka minta tolong diurut atau dipijat. Menurut pengakuan beberapa orang, pijatan Apa cukup manjur. Bahkan sampai sekarang saya pun sering minta bantuan Apa. Pijatannya bukan asalan, Apa cukup mempunyai ilmu dalam hal ini. Apa punya dua buah buku tentang titik refleksi yang ada di kaki-tangan dan bagian tubuh lainnya.

Apa sangat penyayang kepada cucu. Yah, cucu beliau adalah tiga krucil yang saya lahirkan. Bagi Apa mereka adalah senyumannya. Dengan mereka Apa bisa bercanda dan tertawa. Bermain dengan cucu mampu menghilangkan penat pikirannya. Setiap mengirimkan samba (lauk) pasti selalu disertai makanan kesukaan tiga krucil. Alhasil, mereka selalu berebut ketika box berisi makanan tersebut dibuka.

Seorang ayah bisa menjadi cinta pertama atau musuh utama anak perempuannya. Apa berhasil menjadi cinta pertama bagi saya. Karena Apa adalah laki-laki pertama yang saya kenal dan mengenalkan banyak hal. Walaupun tidak bertemu tiap hari, Apa telah memberi tauladan untuk jiwa sosial dan rela berkorban. Pertemuan kami yang singkat di tiap bulannya mampu memberi pesan moral. Ketika Apa di rumah kami harus makan bersama. Ama yang menyiapkan di dapur, saya dan adik disuruh menghidangkan.

Ketika duduk bersama Apa selalu menyampaikan nasehat dan sejarah hidupnya. Kami tidak bosan walau berkali-kali diulang. Satu hal yang selalu saya ingat adalah cerita tentang Apa yang selalu juara di kelas. Namun berhenti sekolah ketika waktu ujian akhir sudah dekat. Apa berhenti karena sehelai mukena. Kok bisa? Yah, waktu itu Apa melihat Amak memakai kain sarung sebagai pengganti mukena. Apa menanyakan kenapa Amak tidak memakai mukena putih yang biasa dipakai. Lalu Amak menjelaskan bahwa mukena putih Amak sudah dijahit jadi baju seragam Apa. Hal inilah yang membuat Apa berhenti sekolah dan bekerja serabutan. Apa pernah melakoni pekerjaan sebagai kuli jembatan dan galian. Hingga akhirnya apa diterima bekerja sebagai pegawai kontrak perusahaan-perusahaan yang bermitra dengan PT. Caltex.

Sekarang, sesekali Apa sakit dan saya tidak berada di dekat beliau. Disini saya selalu merasa sedih. Saya hanya bisa mendoakan dan menyemangati dari jauh. Semoga Apa diberi kesehatan dan keberkahan usia oleh Allah. Aamiin.

Keep stay tuned in this blog!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah, cerita yang sangat menyentuh. Luar biasa Bund, sarat pesan yang dapat diambil. Sukses selalu dan barakallahu fiik

20 Feb
Balas

Terimakasih bu. Mohon doakan ayah saya agar selalu dinaungi kebaikan. Aamiin

20 Feb
Balas

Terimakasih responnya pak eko

20 Feb
Balas

pasti akan disembuhkan utk Apa..hatinya mulia sekali..sampai sedih..mukena jd seragam...makanya disayangi Allah SWT..crita yg menyentuh hati..salam..

20 Feb
Balas



search

New Post